Parigi Moutong,Pusakawarta.com – Tim Monitoring Evaluasi (Monev) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah (Sulteng).
“Jadi, kegiatan FGD ini dalam rangka mengevaluasi program Desa Tangguh Bencana atau DESTANA yang sudah dilaksanakan sejak 2023 sampai bulan Juni 2024,” ungkap Asisten Monev BNPB, Provinsi Sulteng, Ketut Sucipta, di Parigi, Kamis (22/8/2024).
Tujuan dilaksanakanya FGD kata dia, adalah mengajak seluruh perwakilan elemen masyarakat, dalam hal ini Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB), untuk mengevaluasi dan mengkaji kembali terkait proses belajar masyarakat di program Destana.
Selaian itu, pihaknya juga melibatkan tim relawan, tokoh masyarakat, ibu rumah tangga, kelompok masyarakat tangguh bencana, serta unsur pemerintah kelurahan dan desa.
“Tahapan kegiatan ini di fasilitasi oleh fasilitator kabupaten yang mau melihat sisi positif maupun sisi negatifnya,” ujarnya.
Dengan demikian, diharapkan setelah pendampingan DESTANA sudah dapat menghasilkan banyak dokumen tentang perencanaan yang nantinya akan ditindaklanjuti.
“Untuk mengetahui, apa saja program forum PRB dengan dukungan pemerintah kelurahan serta elemen masyarakat. Kalau di kelurhan oleh LPM, dan di Desa oleh BPD,” ucapnya.
Hal ini katanya, bisa menjadi gerakan untuk mewujudkan kelurahan tangguh bencana artinya, supaya masyarakat kelurahan memiliki kepekaan serta mengenali ancaman bencana yang ada di wilayahnya.
Kemudian, dapat memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat dan dikerahkan dalam rangka membangun kelurahan tangguh bencana.
Disamping itu, ia menekankan perlu adanya peningkatan kapasitas masyarakat. Sehingga nantinya, dapat mengurangi timbulnya risiko bencana dilokasi DESTANA.
“Prinsipnya bahwa, mari kita melihat mana yang masih perlu diperbaiki kedepan. Sehingga, DESTANA ini menjadi sebuah program dimana kelurahan tangguh bencana dan masyarakatnya berperan utama untuk melakukan upaya-upaya,” harapnya.
Oleh karena itu, pihak kelurahan maupun desa diharapkan memiliki kecakapan serta kemampuan dengan sumber daya yang ada untuk mengerahkan dan melakukan tindakan-tindakan yang efektif.
“Sehingga, ketika terjadi bencana masyarakat sudah paham apa yang harus dilakukan. Dengan begitu dapat meminimalisir timbulnya korban jiwa.” ujarnya.
Sebab, masyarakat sudah belajar dengan 29 tahapan serta memiliki pengetahuan tantang kebencanaan, makanya mereka tidak boleh diam dan terus belajar tentang kebencanaan setelah dilakukan pendampingan.
Ia menambahkan, Kabupaten Parigi sendiri memiliki 4 Desa dan 2 Kelurahan sebagai lokasi DESTANA – IDRIP diantaranya, Desa Tomini, Desa Palasa, Desa Silampayang, Desa Sausu Peore, Kelurahan Bantaya, dan Kelurahan Maesa.(adn)